Sabtu, 13 April 2013

Pandanglah Hinaan dengan Cinta


“Ketahuilah, jika Alloh Swt. Hendak menguatkan hamba dalam menerima sesuatu Dia tetapkan atas dirinya, Dia akan menyelimutinya dengan cahaya sifat-Nya. Dengan begitu, liputan cahaya-Nya akan mendahului datangnya ketentuan-Nya. Karenanya, ia menggantungkan diri kepada Tuhan, tidak bersandar kepada dirinya sehingga ia kuat dan bersabar memikul semua beban”, sekelumit kalimat hikmah langit yang ditulis Ibnu Athaillah dalam kitabnya al-Tanwir fi Isqath al-Tadbhir.
Orang-orang yang dalam hatinya selalu terhujam kalimatullah, pandangan ia terhadap masalah diibaratkan induk elang yang mengajarkan terbang dengan mendorong anak-anaknya dari tempat tinggi. Bagi anak elang, mungkin itu adalah sebuah masalah, tapi ternyata itu adalah pembelajaran agar ia mampu melakukan hal besar dengan melewati masalah-masalah yang ada di depannya. Selaras dengan orasi Ust. Annis Mata “kita tidak akan mampu menyelesaikan masalah besar jika kita tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah kecil”, justru kita membutuhkan masalah-masalah besar untuk diselesaikan agar kita menjadi manusia yang besar pula. Sungguh ketika kita tidak mampu menyelesaikan masalah kecil, lalu bagaimana dengan masalah yang sangat besar?
Lalu bagaimana hubungannya dengan sebuah cemoohan?
Alloh pengatur segala urusan hidup manusia, bahkan tidak ada sekecil apapun sesuatu yang luput dari pandanganNya. Apapun yang kita sembunyikan dalam hati ini, Alloh Maha Tahu. Kedengkian, iri hati, kesombongan, semuanya nampak jelas bagi Alloh.  AA Gym pernah mengungkapkan, “Hanya saja karena Alloh masih menutupi aib kita”, ya sekali lagi hanya saja karena Alloh masih menutupi aib kita, semuanya luput dari pandangan manusia, zohir kita yang terlihat tapi bathin ini hanya kita dan Alloh saja yang tahu, Alloh ‘alimul ghoibi wa syahadah.
Memandang sebuah cemoohan, hinaan, hujatan, fitnah dan apapun itu. Jadilah seekor semut tuli yang sedang berlomba menaiki menara. Dikisahkan sekelompok semut sedang mengadakan perlombaan menaiki sebuah menara, siapa yang paling cepat sampai kepuncak menara dialah yang menjadi juara. Maka dimulailah perlombaan tersebut, para semut mulai berlari dengan gaya masing-masing, tak luput pula sorak penonton menambah riuh perlombaan. Para penonton berteriak dengan komentar-komentar yang beragam, ada yang memberi semangat dan ada juga yang mencemooh dengan mengatakan para semut tidak mungkin mampu menaiki menara tersebut. Ternyata cemoohan tersebut membuat sebagian semut terpengaruh, hingga membuat para semut berjatuhan karena mereka merasa seperti apa yang dikatakan penonton, tinggal yang bertahan hanya semut yang tuli. Semut itu terus bersemangat, karena sama sekali ia tidak mendengar apa yang dikatakan, ia asyik menikmati perlombaan tersebut dengan keyakinan mampu menyelesaikan dan memenangkan kejuaraannya. Hingga akhirnya ia sampai diatas menara sebagai seorang juara. Inilah pelajaran pertama yang dapat kita ambil, jadilah orang yang tuli terhadap cemoohan, hinaan, dan hujatan. Jangan pedulikan, teruslah menatap kedepan menatap mimpi yang segera akan kita raih. Cemoohan adalah ujian yang melenakan, penghambat akselerasi transformasi, bergeraklah! karena panggilan Alloh lebih kita cintai daripada segalanya. Hinaan merupakan takaran tentang sejauh mana kita mengubah masalah menjadi anugerah, mengubah petaka menjadi pelita, mengubah nestapa menjadi wasilah takwa. Alloh telah menganugrahi kita fitrah untuk melangkah, fikrah untuk berfikir, dan mabda untuk bergerak, maka ketika kebaikan itu terimpelementasi dalam mimpi, segeralah beranjak menemui mimpi tersebut. Bekerjalah hanya untuk Alloh dan cukup Alloh saja yang menilai.
Saudaraku, jadikan orang yang menghina kita sebagai motivator hidup, sebagai wasilah lecutan sejarah. Karena sesungguhnya ketika keluar kata-kata hinaan, fitnahan, dan hujatan ia adalah trainer hidup, hanya saja tidak cukup terampil memilih kata terbaik untuk menyampaikan motivasinya. Maka berterimakasihlah karena Alloh, karena telah menciptakan insan-insan kritis yang selalu menyadarkan, insan-insan yang begitu mencintai diri kita dengan begitu ulung menyemangati hidup ini. Right?
Terakhir, jadilah penerbar virus kebaikan agar kita mendapatkan cicilan pahala dari kebaikan yang telah kita tularkan, seperti ungkapan Ust. Legawan Isa ketika beliau menyampaikan sebuah hadist dalam ceramahnya.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengajak pada suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikit pun. Dan barang siapa yang mengajak pada suatu keburukan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang tersebut sedikit pun.”  (H.R. Muslim)
Lalu azzamkan dalam hati kita.
''orang yg paling aku sukai adalah orang yg menunjukkan kesalahanku'' (Umar bin Khattab)

Kang Hendro al-Sundawi