Minggu, 27 Maret 2011

Ukhuwah yang merekah

Seroja mungkin indah, melati mungkin wangi. Tapi ukhuwah? Ia bening lagi suci. Tegurnya adalah cinta, marahnya adalah nasehat, kasihnya adalah mimbar surga.

Ukhuwah itu indah, menggelayut mengaitkan batin. Kemanapun pergi suasana cinta yang tertanam karena Rabb-Nya mengiringi setiap suka cita persaudaraan. Perbedaan bukanlah halangan, tinggi rendah bukanlah ukuran, namun satu aqidah itulah yang mempersatukan. Betapapun warnanya, hitam ataukah putih, ukhuwah tetaplah ukhuwah, satu dalam perbedaan, satu dalam kebersamaan.

Ukhuwah itu merasakan apa yang dirasakan. Ketika bagian dari tubuh merasakan sakit, maka bagian tubuh yang lainpun merasakan kesakitan. Peduli terhadap saudaranya, merasa iba terhadap keadaan saudaranya jika ditimpa kesedihan. Maka ukhuwah, akan merajut kepedulian, merangsang persaudaraan membuahkan sikap taawun.

Kebajikan sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya. Senyum adalah pangkal dari keharmonisan, menandakan betapa tingginya jiwa seorang anak manusia. Apalagi jika senyum itu mampu mengurai kekakuan, mencairkan suasana. Disinilah ukhuwah di aktualkan, ketika bertemu berucap salam, senyum selalu mengembang, bertegur sapa menanya kabar “kaifa haluk akhi?”.

Inilah manhaj persaudaraan. Ingatlah saudaraku!. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga bagi orang-orang yang berada disekitarnya. Seorang mukmin akan selalu hati-hati, takut jika perbuatannya akan mendorong madhorot bagi saudaranya. Menjaga lisannya, agar yang keluar selalu kata-kata yang menggugah iman, memperkuat persaudaraan.

Jalan dakwah yang terbentang dihadapan kita masih panjang. Jalan ini adalah jalan kesusahan dan kesabaran yang berujung pada kebahagiaan. Pengorbanan demi pengorbanan senantiasa dituntut agar dapat istiqomah di jalan ini. Pengorbanan yang meliputi tenaga, waktu, fikiran, perasaan bahkan jiwa dan raga sekalipun merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Para Nabi dan shiddiqin, orang-orang terdahulu dari umat ini, telah meninggalkan jejak pengorbanan yang luar biasa bagi kita. Namun dibalik kekuatan kita menghadapi tantangan dakwah ini, kita membutuhkan ukhuwah dan persaudaraan. Ukhuwah yang akan membuat kita kuat dan istiqomah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar