Sabtu, 27 Maret 2010

Jangan Diam..!!!

Jangan diam..!!! jangan mengira karena tidak ada nasab yang mengkaitkan kita seolah tertutup mata dan hati untuk sekedar menorehkan rasa peduli. Kita harus benar2 meninjau arah yang menjadikan seorang itu saudara bukan hanya karena nasab saja tapi dalam islam adalah saudara seagama. Yang dengan demikian sama2 ingin mendedikasikan agamanya baik dalam dirinya saja atau untuk dirinya dan orang lain. Kejelasan sebagai sebuah kepedulian bukan hanya terlihat seorang ikhwan atau akhwat berorasi di tengah keramaian atau di dalam majlis2 agama, tapi juga yang harus diperhatikan sebagai seorang muslim yang mempunyai karakteritas yang digunakan dalam agama, kita harus benar2 bisa menyentuh batas-batas lain. Intinya bukan hanya sesuatu yang bentuk formal (organisasi) tapi juga di luar itu kita meemiliki kepedulian yang sama seimbangnya seperti saat melakukan orasi atau dakwah terbuka. Lihatlah anak-anak jalanan, para pengemis, dan lainnya, bukankah itu juga sarana dakwah, ladang dakwah.

Seorang guru saya menceritakan pengalaman beliau ketika bertemu dengan ibu-ibu yang menggendong anaknya. Dengan lesu ibu berkata, “maaf neng gereja sebelah mana?”, mendengar perkataan ibu itu sontak beliau kaget. Kemudian eliau bertanya,”ibu muslim?mau apa ke gereja?”, ibu itupun menjawab dengan jawaban yang sungguh mengagetkan, “iya neng saya muslim, saya mau ke ereja katanya disana ada pembagian uang terus yang mau masuk kristen akan diberikan uang”.

Astaghfirullah...

Saudaraku coba jika perhatikan cerita di atas, bagaimana seorang Islam mau mengorbankan akidahnya hanya untuk sepeser uang, rela murtad karena gelapnya sisi iman dan akidah bagi itu. Masih banyak lagi dan lebih banyak mungkin hal2 seperti itu yang tidak pernah kita ketahui dan sadari. Seolah tidak ada jaminan baginya untuk sekedar merasakan nikmat fisik dan ruhani dalam Islam. Asalkan senang semua agama di garuk, seperti itulah mungkin pemisalannya. Lalu dengan kedaan seperti diatas apa kita sudah benar-benar menyentuh hal yang sifatnya kecil secara kuantitas dan kualitas dakwah kita, apa ada sifat dalam diri kita seperti sifatnya Rasulullah SAW, yang rela memberi makan kepada buta Yahudi walaupun si buta itu terus menggunjing Rasulullah SAW, hingga ketika Rasulullah wafat dan mengetahui bahwa yang sering memberi makan itu adalah Rasulullah SAW, si Buta Yahudi itu akhirnya memeluk Islam. Kita bisa memperhatikan dari kisah teladan di atas, bagaimana kesabaran dan kepedulian Rasulullah yang begitu tinggi hingga bisa melunakan setiap hati yang membencinya.

Orientasi dakwah bukan hanya diterapkan pada hal-hal yang sifatnya besar saja, bahkan di perjelas bahwa Islam itu harus diterapkan di segala aspek baik yang sifatnya kecil atau besar. Kesadaran umat akan “Islam Rahmatan Lil ‘alamin” harus benar2 diperjuangkan secara menyeluruh. Diketahui bahwa kebanyakan umat yang dalam porsi harta atau kekayaan itu, lebih rentan terkena virus kilauan dunia, aplagi tanpa kecocokan iman yang menjadi dinding dari segala serangan nafsu. Artinya dua aspek itu harus benar2 diperhatikan, para aktivis dakwah harus mempunyai solusi terhadap hal ini, bahwa ancaman dakwah akan terjadi dari berbagai penjuru. Sebuah kesatuan umat yang melahirkan baldatun toyibatun warobbun ghofur, tidak akan pernah tercapai tanpa ada berbagai aspek pendiukung yang menjadi ikatan kuat baik dalam diri, keluarga, masyarakat atau bangsa sekalipun.

Bangun saudaraku, gencarkan dakwah.!!! Selamatkan umat, Insya Allah umat akan mengerti pentingnya Islam dalam segala aspek kehidupan...Allahuakbar..Allahuakbar..Allahuakbar..!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar